Sereh Merah/Wangi

Serai wangi

Cymbopogon nardus lebih dikenal dengan nama serai atau Sereh wangi atau citronella grass adalah jenis rumput-rumputan dari ordo Graminales yang khas dari daerah-daerah tropis Asia. C. nardus bersifat perennial (selalu tumbuh sepanjang tahun). C. nardus sangat terkenal sebagai rempah-rempah dalam masakan Asia (terutama dalam kuliner Thailand dan Indonesia), tetapi juga dapat diseduh menjadi teh herbal dengan aroma lemon yang khas. Sereh wangi juga dapat dibuat menjadi citronella oil yang memiliki sifat-sifat yang menguntungkan seperti anti-nyamuk, anti-jamur, antibakteri, larvasidal, anti-inflammatory, aromatik, antipiretik (dapat meredakan demam dan sakit kepala), antispasmodic (bersifat sebagai muscle relaxer), dan dapat digunakan untuk agen-agen pembersih.[1] Di daerah Karibia dan India, sereh wangi adalah komposisi utama dari pengobatan-pengobatan tradisional untuk meredakan demam, nyeri eksternal, dan artritis. Daun dari sereh wangi juga merupakan sumber selulosa yang baik untuk pembuatan kertas dan kardus.[2]

Biologi

Sereh wangi tumbuh berumpun dan memiliki akar serabut dengan jumlah yang cukup banyak. Daun sereh wangi berbentuk pipih melengkung dan memanjang seperti rumput-rumputan dengan panjang mencapai 1 meter dan lebar pada kisaran 1 cm hingga 2 cm. Daun sereh wangi terlihat hijau hingga hijau kebiruan dengan batang berwarna hijau hingga merah keunguan. Bila diremas, daun sereh akan mengeluarkan aroma khas serai wangi.[3]

Kondisi Pertumbuhan

Sereh wangi rata-rata dapat tumbuh di kawasan tropis Asia, namun tidak dapat mentolerir suhu dingin yang berkepanjangan.[4] Sereh wangi tumbuh dengan baik pada suhu 18 – 25 oC dan pada ketinggian 350 – 600 mdpl.[3] Sereh wangi tumbuh subur pada tanah yang lembap dan loamy (memiliki campuran pasir, tanah liat, dan materi organic yang kaya) dengan pH sekitar 6 – 7.5, dan pada pemaparan sinar matahari langsung. Sereh wangi juga membutuhkan banyak air sehingga akan tumbuh subur jika disiram secara periodik atau terpapar oleh curah hujan yang merata sepanjang tahun (dengan curah hujan ideal pada tingkat 1.800 – 2.500 mm/tahun). Sereh wangi dapat ditanam pada berbagai kontur tanah seperti pada tanah datar, tanah miring, ataupun yang berbukit-bukit.[4]

Varietas

Di Indonesia sendiri telah dikenal dua jenis varietas serai wangi, yaitu: C. nardus Rendle Andropogon nardus Ceylon de Yong, yang juga dikenal dengan tipe Lena Batu, dan C. winter Jowitt atau C. nardus Java de Yong, yang juga dikenal dengan Maha Pengiri. Varietas unggul dari citronella grass yang telah dikembangkan adalah G1, G2, G3, dan G4, dengan nama berturut-turut Serai Wangi 1, Serai Wangi 2, Serai Wangi 3, dan Serai Wangi 4. Tiap varietas tersebut memiliki sedikit perbedaan dalam kondisi pertumbuhan optimumnya

Budidaya dan Permintaan

Sereh wangi dapat langsung ditanam tanpa diolah terlebih dahulu. Penanaman paling baik dilakukan pada saat musim hujan. 1 – 2 anakan sereh wangi ditanam dalam lubang berukuran 30 x 30 x 30 cm, dengan jarak 100 x 100 cm antar lubangnya. Lubang kemudian diberikan pupuk kandang dengan dosis 1 – 2 kg/rumpun.[5]

Panen daun sereh wangi pertama kali pada saat tanaman berumur 6 bulan, dengan panen selanjutnya dilakukan setiap 3 bulan berikutnya. Produksi rata-rata daun segar sereh wangi dapat mencapai angka 20 ton/ha/tahun pada panen pertama dan kedua pada tahun pertama, dengan panen pada tahun ke empat dengan produksi 60 ton/ha dengan empat kali panen. Sereh wangi dapat panen sampai umur 6 tahun, tetapi dengan pemeliharaan yang baik, sereh wangi dapat panen sampai 10 tahun.[5]

Adapun sereh wangi dapat ditumbuhkan dengan pola tanam monokultur (ditumbuhkan sendiri) ataupun polikultur (ditumbuhkan bersama-sama dengan komoditas lain pada suatu lahan). Bila ditumbuhkan dengan sistem polikultur, sereh wangi dapat ditumbuhkan sebagai tanaman pokok ataupun sebagai tanaman selaan (penyela antar ruang atau tegakan tanaman tahunan). Bila ditumbuhkan sebagai tanaman selaan, maka perlu penumbuhan sereh wangi akan dipengaruhi oleh jenis dan umur tanaman pokok dan jarak tanamnya dengan sereh wangi. Namun begitu, menurut Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat, produktivitas sereh wangi yang ditumbuhkan dengan system polikultur relatif lebih rendah dibandingkan monokultur karena berkurangnya intensitas sinar matahari yang diterima oleh sereh wangi. Produktivitas sereh wangi yang ditumbuhkan dengan sistem polikultur sebagai tanaman selaan hanya menghasilkan 2,45 kg sereh wangi/rumpun, lebih rendah dibandingkan dengan produktivitas potensial sereh wangi yang ditumbuhkan dengan sistem monokultur yang dapat menghasilkan 4,5 kg sereh wangi/rumpun.[6]

Sereh wangi dihasilkan pada daerah-daerah berikut di Jawa Barat, sehingga cukup banyak petani yang bergantung pada jenis komoditas ini untuk kehidupannya sehari-hari.[7]

Selain petani, masyarakat umum juga bergantung terhadap keberadaan sereh wangi sebagai produk. Sereh wangi sendiri dikonsumsi sebagai rempah-rempah di Indonesia dan permintaan sereh wangi juga cukup tinggi dan dengan harga yang stabil dan cenderung meningkat (sebesar 3 – 5% per tahun). Negara importir sereh wangi terbesar Indonesia adalah Singapura, Jepang, Australia, Meksiko, India, Taiwan, Amerika Serikat, Perancis, Inggris, Jerman dan Spanyol. Konsumsi sereh wangi global mencapai angka 2.000 – 2.500 ton per tahun dan dengan 200 – 250 tonnya dipenuhi oleh ekspor Indonesia.[7]

Profil metabolit C. nardus didapatkan dengan GC-MS. Bagian aerial dari sereh wangi pertama-tama dipotong-potong menjadi kecil dan diproses selama 3 jam dengan distilasi uap. Analisis GC-MS hasil ekstraksi diencerkan dengan aseton dan diinjeksikan ke dalam kolom kromatografi gas.[8]

Didapatkan bahwa aroma khas lemongrass (seperti serai / seperti lemon) adalah sifat dari citronellal yang mendominasi metabolom C. nardus. Essential oil dari C. nardus juga didapati dapat menginhibisi pertumbuhan dari berbagai pathogen Gram-positif dan Gram-negatif pada manusia seperti Acinetobacter baumanii, Enterococcus faecalis, Escherichia coli, Klebsiella pneumoniae, Pseudomonas aeruginosa, Salmonella typhimurium, Serratia marcescens dan Staphylococcus aureus pada konsentrasi 1200 µg/ml hingga < 20000 µg/ml.[8]

Diketahui citronellal (3,7-dimethyloct-6-en-1-al) adalah senyawa aktif yang bertanggung jawab atas kemampuan sereh wangi untuk mengusir nyamuk. Senyawa aktif lain yang juga bertanggung jawab atas sifat ini adalah citronellol, α-pinene, dan limonene.[9]

Selain itu, citral dari sereh wangi juga dapat digunakan sebagai prekursor atau building blocks untuk sintesis B-ionine, yang digunakan dalam sintesis senyawa-senyawa aromatik lainnya, vitamin A, vitamin E, karotenoid, dan produk-produk farmasetik lainnya.[2]

Teknologi

Citronellal diketahui adalah salah satu agen pengusir serangga pertama yang diizinkan untuk diaplikasikan pada manusia oleh EPA dan dianggap sebagai GRAS (Generally Recognized As Safe) oleh FDA. Toksisitas dari citronellal tergolong dalam kategori IV (hampir non-toksik).[9]

Beberapa pengembangan dalam produk-produk dari metabolit sereh wangi adalah penambahan vanillin pada citronella oil. Citronella oil diketahui bersifat volatil sehingga essential oil ini harus kembali dioleskan pada kulit secara topical setiap 20 hingga 60 menit sekali, tetapi ditemukan bahwa penambahan vanillin kepada citronella oil dapat memperpanjang waktu proteksi dari citronella oil sebagai mosquito-repelling agent hingga 4.8 jam.[11] Formulasi berbasiskan krim dan/atau campuran polimer juga didapatkan meningkatkan efek repellent dari citronellal terhadap nyamuk dan serangga-serangga penggigit lainnya. Formulasi topikal citronellal pada medium basal yang berbentuk seperti jelly juga didapati dapat memperpanjang proteksi kulit dari nyamuk, tanpa efek samping apapun.[9]

Sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/Serai_wangi